“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh”

6 Des 2011

Amalan Untuk Mempercepat Jodoh

Diasuh oleh:
Ust. Muhammad Muafa, M.Pd
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI, Malang, Jawa Timur

Pertanyaan :
Saya laki-laki 26 tahun, saya ga pernah pacaran sama sekali, ditolak cewek sudah sering banget, saya kesulitan cari jodoh pak setiap kenal perempuan kok ga pernah lanjut.., mau sharing ke teman malu, ada ga pak amalan yang dapat mempercepat saya dapat jodoh, saya sudah sangat ingin membina keluarga..,terima kasih buat jawabanya..,

Jawaban:

Pertama-tama, tanamkan dalam hati dengan disertai percaya bahwa keterlambatan diperolehnya pasangan adalah kondisi yang terbaik. Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang paling ideal yang dipilihkan Allah untuk hambaNya karena suatu hikmah yang mungkin belum diketahui makhlukNya. Tertundanya mendapatkan pasangan hidup bukan pertanda Allah membenci hamba tersebut, sebagaimana cepatnya mendapatkan pasangan hidup bukan tanda bahwa Allah mencintai hamba tersebut. Ada banyak hamba Allah yang mulia yang terlambat menikah, bahkan wafat dalam keadaan belum sempat menikah. Nabi Yahya ‘Alaihis salam wafat dalam keadaan belum menikah, Al-Imam Al Ghazzali baru menikah pada usia 50 tahun, Imam An Nawawi wafat dalam usia 40 tahun tanpa menikah, Ibnu Taimiyah wafat dalm usia 67 tahun dalam keadaan membujang, Imam At-Thobary wafat dalam usia 86 tahun tidak ditemani istri dan anak. Semuanya adalah hamba-hamba Allah yang shalih dan terbukti bermanfaat ilmunya bagi kaum muslimin. Terkait hal ini, Abdul Fattah Abu Ghuddah mengarang kitab khusus untuk menghimpun nama-nama ulama yang hidup membujang ini dengan judul اْلعُلَمَاءُ العُزَّابُ (Ulama-Ulama Bujangan). Bacalah kitab tersebut jika ingin mengambil ibrah (pelajaran) dan memperoleh informasi yang lebih banyak.


Belum tentu menikah adalah kondisi yang terbaik bagi seorang hamba. Terkadang, hidup seseorang malah semakin susah setelah menikah karena istri yang sulit diatur, suka membangkang, atau bahkan selingkuh. Pikirannya bertambah karena anak-anak yang nakal, durhaka kepada orang tua, menghabiskan harta dan sebagainya. Akhirnya, kualitas dienpun menurun. Jika sebelumnya dia rajin shalat, puasa,membaca Al-Quran, mendatangi majelis ilmu maka setelah menikah justru semuanya ditinggalkan. Dalam kondisi ini, nikah bukan lagi menjadi berkah, tetapi malah menjadi musibah. Jadi, yakinilah dulu bahwa Allah berkehendak baik kepada hambaNya yang beriman. Apa yang tidak kita sukai, boleh jadi baik bagi kita, dan apa yang kita sukai boleh jadi buruk bagi kita. Kita tidak mengetahui hakekat sebenarnya. Hanya Allahlah yang Maha Tahu. Allah berfirman;

{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(al-Baqarah: 216)


Kedua; koreksilah diri, apakah banyak bersalah kepada Allah, sering membuatNya murka, dan tidak mengindahkan nasehat-nasehatNya dengan banyak melakukan dosa dan maksiat. Kadang-kadang Allah karena kasih sayangNya kepada seorang hamba, Dia memberi hamba tersebut kesusahan dan keresahan setelah dia berbuat maksiat dengan maksud agar segera kembali dan bertaubat  kepadaNya. Kesusahan yang ditimpakan kepada hamba tersebut dimaksudkan agar dia kembali ke jalan-Nya dan mengetahui hakikat kehidupan dunia yang fana ini lalu mengambil keputusan untuk mengisi hidup dan menghabiskan umur dengan cara yang diridhaiNya. Allah berfirman;

{وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ} [السجدة: 21]

Sesungguhnya Aku mencicipkan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar dengan bertaubat ). (As-Sajdah: 21)

Dosa yang dimaksud adalah semua dosa, baik dosa karena tidak melaksanakan perintah maupun melanggar larangan. Tidak membedakan apakah dosa tersebut sudah dilakukan maupun direncanakan, yang dilakukan sembunyi-sembunyi maupun dilakukan terang-terangan, yang diketahui dengan jelas bahwa itu adalah dosa maupun yang hanya dikhawatirkan termasuk dosa. Jangan sampai merasa diri bersih dan suci karena Allah melarang hal itu.

{فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]

“Janganlah  kalian menganggap diri kalian suci, sesungguhnya Dia yang paling Mengetahui siapa yang bertakwa” (An-Najm: 32)

Alangkah banyaknya mereka yang merasa diri sebagai orang baik lalu menampakkan keshalihan di hadapan manusia, namun begitu dalam kondisi sendirian, dia gemar melanggar larangan-larangan Allah. Ada juga mereka yang gemar menasehati orang lain, tetapi dirinya menjadi pelanggar yang paling rajin terhadap apa yang dinasihatkannya. Mereka membersihkan wajah dan badan dengan wudhu dan Thaharah, tetapi mengotori jiwa mereka dengan dengki, sombong, dan fantasi-fantasi dosa. Lisannya kadang menyebut nama Allah dan Rasulullah tetapi hatinya sibuk memikirkan kenikmatan-kenikmatan dunia.

Bisa juga seorang hamba diberi kesusahan dan diuji gara-gara ucapannya. Ucapan seperti “mendapatkan istri itu gampang” atau “orang seperti saya ini, kalau cari istri pasti cepat dapat” atau “banyak lho yang suka sama saya, kalau saya melamar fulanah, pasti dia langsung menerima”, atau “aku meski nikah usia tua tidak masalah”, atau “meskipun tidak menikah aku juga siap” dan ucapan-ucapan yang semisal, adalah perkataan yang berbahaya dan bisa membuat seorang hamba diuji dan dilambatkan memperoleh pasangan hidup. Kadang orang mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada sombong, bercanda, atau bersikap seakan-akan menjadi penguasa alam semesta yang mampu melakukan apapun tanpa kehendakNya. Allah mencela kata-kata yang tidak akurat dan mengingatkan bahwa hal tersebut bisa membuat seorang hamba tidak sanggup beramal shalih, karena Dia tidak berkenan membantu dengan Taufiq gara-gara ucapan hamba tersebut. Allah berfirman;

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ} [الأحزاب: 70، 71]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar (tepat/akurat), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu (Al-Ahzab: 70-71)

Jika setelah melakukan perenungan, muhasabah dan mengoreksi diri kemudian menemukan hal-hal ini pada diri (perbuatan maksiat, dosa dan ucapan-ucapan yang dibenci Allah), maka bersegeralah meminta ampun dengan beristighfar dan bertaubat  kepada Allah. Perbanyaklah istighfar yang dihiasi dengan amal shalih agar bersih dan suci kembali sebagaimana bayi yang baru lahir. Mudah-mudahan dengan cara itu Allah berkenan mengampuni, mencintai dan berkenan menjadikannya termasuk golongan hamba-hambaNya yang didekatkan. Jika diri sudah dekat kepadaNya, maka semua kebutuhan akan dipenuhi, permintaan akan didengar, dan harapan akan dikabulkan. Seorang anak saja yang meminta roti kepada ibunya tidak mungkin diberi sebuah batu, maka mustahil bagi Allah yang mencintai hambaNya lebih daripada ibu kepada anaknya akan memberi monyet ketika diminta memberi istri.

Di dalam Al-Quran ditegaskan  bahwa Istighfar dan Taubat adalah sebab yang membuat Allah menjadi ridha,lalu berkenan memberikan kenikmatan dunia untuk menyenangkan hambanya. Allah berfirman;

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12) } [نوح: 11 - 13]

Mohonlah ampunlah kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah maha pengampun-, Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
(Nuh: 10-12)

Dalam ayat ini Nabi Nuh menyeru kepada kaumnya agar bertaubat  dan meminta ampun kepada Allah. Jika mereka mau melakukan itu, maka dijanjikan  Allah akan menjadi ridha dan mencintai mereka lalu berkenan memberikan kenikmatan duniawi yang menyenangkan seperti hujan lebat, harta melimpah, anak-anak yang banyak, kebun-kebun dan sungai-sungai.

{وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ} [هود: 52]

dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu (Hud: 52)

{وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ} [هود: 3]

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat  kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (Hud: 3)

Dalam ayat di atas Nabi Hud juga menyeru kaumnya agar bertaubat  dan istighfar, lalu menjanjikan hujan lebat, kekuatan yang ditambah dan kenikmatan dunia lain yang baik bagi mereka.

Diriwayatkan, Umar bin Khattab meminta hujan hanya dengan istighfar, karena tahu begitulah petunjuk dalam Al-Quran.

نقل ابن كثير في تفسيره سورة نوح (14/140) قال:"روى عن أمير المؤمنين عمر بن الخطاب أنه صعد المنبر يستسقي فلم يزد على الاستغفار ثم قال: لقد طلبت الغيث بمجاديح السماء التي يُستنزل بها المطر.

‘Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab bahwasanya beliau naik ke atas mimbar meminta hujan. Maka beliau tidak menambah selain Istighfar, kemudian beliau berkata; Aku telah meminta hujan dengan “bintang” langit yang dengannya hujan diturunkan”
(Tafsir Ibnu Katsir)

Diriwayatkan, Bilal bin Sa’ad mengajak orang-orang beristighfar agar diberi hujan saat paceklik, maka mereka langsung diberi hujan.

وقال الأوزاعي: خرج الناس يستسقون، فقام فيهم بلال بن سعد فحمد الله وأثنى عليه، ثم قال: اللهم إنا سمعناك تقول: {مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ} وقد أقررنا بالإساءة، فهل تكون مغفرتك إلا لمثلنا؟! اللهم اغفر لنا وأرحمنا واسقنا! فرفع يديه ورفعوا أيديهم فسقوا.

“Al-Auza’iy berkata; orang-orang keluar untuk meminta hujan. Maka Bilal bin Sa’ad berdiri berpidato di depan mereka. Dia memuji Allah dan menyanjungnya kemudian berdoa; “Ya Allah sesungguhnya kami mendengar Engkau berfirman; Tidaklah orang-orang yang berbuat baik itu didapati jalan (untuk dihukum)”. Dan kami telah mengakui dosa, bukankah ampunanmu hanya untuk orang-orang seperti kami? Ya Allah ampunilah kami, kasihanilah kami, dan berilah kami hujan”. Maka dia mengangkat tangannya, dan orang-orang mengangkat tangannya. Maka hujanpun turun kepada mereka” (Tafsir Al-Qurthuby)

Al-Hasan Al-Bishri juga merekomendasikan Istighfar bagi orang yang mengeluhkan paceklik, kemiskinan, keringnya kebun dan tidak punya anak.

تفسير القرطبي (18/ 302)
وقال ابن صبيح: شكا رجل إلى الحسن الجدوبة فقال له: استغفر الله. وشكا آخر إليه الفقر فقال له: استغفر الله. وقال له آخر. ادع الله أن يرزقني ولدا؛ فقال له: استغفر الله. وشكا إليه آخر جفاف بستانه؛ فقال له: استغفر الله. فقلنا له في ذلك؟ فقال: ما قلت من عندي شيئا؛ إن الله تعالى يقول في سورة "نوح": {اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً.

“Ibnu As-Shobih berkata; seorang lelaki mengadukan paceklik kepada Al-Hasan, maka Al-Hasan berkata kepadanya; beristighfarlah. Yang lain lagi mengadukan kemiskinan, maka Al-Hasan berkata kepadanya; beristighfarlah. Yang lainnya lagi meminta; doakan kepada Allah agar Dia memberiku anak, maka Al-Hasan berkata kepadanya; beristighfarlah. Yang lainnya lagi mengadukan keringnya kebunnya, maka Al-Hasan berkata kepadanya; beristighfarlah. Lalu kami menanyakan hal itu kepadanya, maka dia menjawab; Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Nuh; minta ampunlah kalian kepada Allah, sesungguhnya dia Maha pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan lebat kepada kalian (Tafsir Ibnu Katsir)

Orang yang tidak punya anak direkomendasikan Al-Hasan bin ‘Ali untuk beristighfar:

تفسير النسفي (2/ 29، بترقيم الشاملة آليا)
عن الحسن بن علي رضي الله عنهما أنه وفد على معاوية ، فلما خرج قال له بعض حجابه : إني رجل ذو مال ولا يولد لي علمني شيئاً لعل الله يرزقني ولدا . فقال الحسن : عليك بالاستغفار ، فكان يكثر الاستغفار حتى ربما استغفر في يوم واحد سبعمائة مرة ، فولد له عشرة بنين

“Dari Al-Hasan bin ‘Ali bahwasanya beliau mendatangi Mu’awiyah. Tatkala Al-Hasan keluar, salah seorang pengawal Muawiyah berkata kepadanya; “sesungguhnya aku adalah seorang lelaki yang kaya, tetapi tidak punya anak. Ajarkan kepadaku sesuatu, mudah-mudahan Allah memberiku anak”. Al-Hasan berkata; “lakukan Istighfar”. Maka orang itu memperbanyak istighfar sampai-sampai mungkin dalam sehari mencapai 700 kali. Maka dia mendapatkan 10 orang putra”. (Tafsir An-Nasafi)

Ibnu Taimiyah jika merasa sulit dengan suatu persoalan maka beliau beristighfar:

الترجمة الذهبية لأعلام آل تيمية (ص: 26)
و يقول ابن تيمية " إنه ليقف خاطري في المسألة أو الشيء أو الحالة التي تشكل علىّ فاستغفر الله تعالى ألف مرة أو أكثر أو أقل حتى ينشرح الصدر وينجلي إشكال ما أشكل "

Ibnu Taimiyah berkata; Fikiranku berhenti pada satu masalah atau sesuatu atau kondisi yang sulit. Maka aku beristighfar kepada Allah seribu kali atau lebih atau kurang, sampai dadaku menjadi lapang dan hilanglah kesulitan tersebut (At-Tarjamah Ad-Dzahabiyyah li A’lami Ali Taimiyyah; hal 26)


Ketiga; memintalah kepada Allah dengan berdoa, karena Dia adalah Dzat yang senang jika dimintai dan menjamin pengabulan setiap doa. Allah berfirman;

{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]
dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Mu’min: 60)

Sabarlah menunggu pengabulan doa, karena tidak sabar menunggu bisa berakibat ditolaknya doa.

صحيح البخاري (19/ 416)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda; salah seorang diantara kalian akan dikabulkan doanya selama tidak tergesa-gesa. Yaitu ketika mengatakan; aku telah berdoa tetapi belum dikabulkan” (HR Bukhari)

Diantara doa dalam Al-Quran yang bisa dipakai untuk meminta pasangan dan keturunan yang Shalih adalah ayat dalam surat Al-Furqon berikut:

{ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا} [الفرقان: 74]

"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami; isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Furqon: 74)

Doa ini bisa dibaca pada saat shalat malam terutama saat sujud setelah membaca Tasbih.

Keempat; lakukan usaha, karena Allah melihat  Amal. Khadijah menikah dengan Rasulullah SAW setelah beliau menawarkan diri melalui shahabat karibnya Nafisah binti Umayyah. Hafshoh menjadi istri Rasulullah SAW setelah ayahnya, Umar  menawarkan kepada Utsman dan Abubakar. Rasulullah SAW menikah dengan Ummu Salamah setelah beliau melamarnya. Semuanya adalah usaha dan upaya. Usaha adalah amal, dan setiap amal yang diniatkan untuk Allah semuanya dihitung sebagai amal shalih.

Hanya saja,  jangan sampai upaya yang dilakukan bertentangan dengan hukum syara. Lakukanlah upaya mendapatkan istri dengan cara yang ma’ruf seperti bergaul dengan orang-orang shalih, datang kepada Kyai pesantren meminta dihubungkan dengan salah satu santriwatinya, meminta ulama mencarikan dll. Jangan melakukan pendekatan ala pacaran, atau berinteraksi dengan wanita dengan cara-cara Barat. Mudah-mudahan apa yang diharapkan segera terkabul. Wallahua’lam.

0 comments: