Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Perbuatan-perbuatan yang baik akan menjaga dari kematian yang buruk, siksaan dan kebinasaan. Dan pelaku kebaikan di dunia adalah pelaku kebaikan pula di akhirat.”
Hadits di atas sejatinya begitu jelas menegaskan kepada kita bahwa setiap perbuatan itu sangat berpengaruh dengan akhir kisah hidup kita. Jika kita banyak melakukan amal shaleh semasa hidup, maka akhir kisah hidup kita pun akan bahagia [husnul khatimah]. Sebaliknya, jika kita banyak melakukan kejahatan selagi hidup di dunia, maka akhir kisah hidup kita pun seringkali dilalui dengan kematian yang menyengsarakan.
Karena itu, janganlah kita memandang rendah pekerjaan apapun di dunia, meski itu tukang pijat sekalipun. Memang, profesi tukang pijat, kerapkali dianggap sepele, tidak berkelas dan dipandang miring. Padahal, profesi ini banyak menyelamatkan orang dari berbagai penyakit akut, seperti pegal, linu, kesleo, demam, rematik, dan sebagainya. Saking enaknya dipijat, tidak sedikit orang yang “kecanduan” dengan kebiasaan yang satu ini. Bila sehari ia tidak dipijat, badannya terasa ngilu.
Pak Jo melakoni profesinya ini sejak usia muda. Saking enaknya pijatan Pak Jo, ia memiliki banyak pelanggan. Bahkan, pelanggannya itu tidak saja berasal dari desa setempat, tapi juga dari desa tetangga.
Satu hal lagi, Pak Jo tidak menargetkan upah sekian untuk sekali pijat. Dibayar alhamdulillah, tidak juga tidak mengapa. Baginya, yang penting si pasien mengalami perubahan yang lebih baik setelah dipijat olehnya. Prinsip-prinsip seperti inilah yang membuat banyak orang, terutama para pasiennya, begitu menghormati Pak Jo.
Di mata keluarga sendiri, Pak Jo begitu dihargai. Meski profesi tukang pijat tidak begitu mengangkat derajatnya. Tapi, di mata istri dan anak-anaknya, Pak Jo sudah memberikan yang terbaik buat keluarga dan bertanggungjawab penuh. Begitulah Pak Jo, yang hingga usia tuanya tetap melakoni profesinya itu.
berbondong-bondong pulang ke rumah, dengan menyisakan kisah yang mungkin sama tentang Pak Jo.
Lima belas tahun berlalu. Suatu saat, ketika ada seorang warga bernama Kayatun meninggal dunia, dan hendak dikuburkan di dekat dimana Pak Jo dimakamkan, sebuah keanehan terjadi. Ketika dilakukan penggalian kubur untuk jenazah Kayatun hingga kedalaman beberapa meter, tiba-tiba bagian sisi dalamnya ambruk, sehingga membentuk lingkaran dan berlubang. Keadaan ini tentu saja mengejutkan para penggali. Namun, keadaan mengejutkan itu segera bisa dikendalikan. Satu orang pun berniat untuk menambal lubang itu. Tetapi, saat hendak menambal itulah ia melihat di dalam lubang itu ada sebuah keganjilan.
“Subhanallah!” Tiba-tiba orang itu menjerit. Ia melihat sebuah kaki berbungkus kain kafan. Tidak salah lagi, itu adalah jenazah dari kuburan tetangga. Seketika teman-temannya penasaran dengan kejadian itu dan saling mengintip. Mereka pun benar-benar melihat kejadian yang sama. Ada sebuah jenazah utuh dari balik lubang itu. Salah seorang dari mereka pun akhirnya tahu bahwa itu adalah jenazah Jo Pawiro, yang sudah dikubur lima belas tahun yang lalu.
Kejadian ini segera menggegerkan warga sekitar. Berbondong-bondong orang ingin menyaksikan kejadian tersebut. Termasuk keluarga Pak Jo sendiri datang dan penasaran ingin melihatnya.
Setelah mendapatkan izin dari keluarga, akhirnya kuburan Pak Jo dibongkar. Setelah itu, tampaklah jenazah Pak Jo seutuhnya. “Kain mori-nya (kain kafan) sama sekali tidak rusak, Mas,” ujar Nurhadi kepada Hidayah.
Subhanallah! Ini benar-benar ajaib. Bagaimana mungkin jenazah yang sudah dikubur bertahun-tahun masih tetap utuh? Segenap pertanyaan pun menyergap dalam pikiran dan benak para pelayat saat itu.
Keluarga Jo Pawiro sangat terharu dengan kejadian itu. Mereka tidak menyangka jika jenazah salah seorang kerabatnya itu akan dijaga Allah sedemikian rupa. Namun, sekali lagi, tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia sudah berkehendak. Jangankan menjaga jenazah, menyatukan kembali tubuh-tubuh yang berceceran saja sangat mudah bagi Allah.
Seketika penggalian kubur untuk jenazah Kayatun menjadi tersendat dan berganti menjadi riuh melihat jenazah utuh Pak Jo.
Sebagian orang yang hadir tidak sedikit yang bertanya-tanya, “Emangnya siapa sih Jo Pawiro?” “Kenapa jenazahnya bisa utuh ya?” Berbagai pertanyaan menggelayut di pikiran dan lubuk sebagian pelayat yang memang semasa hidupnya tidak mengenal atau tidak pernah bertemu dengan almarhum.
Namun, keadaan demikian tak bisa dibiarkan berlarut-larut. Atas izin keluarga, akhirnya jenazah Pak Jo dikubur kembali. Setelah itu, beberapa saat kemudian jenazah Kayatun datang dan segera dikuburkan di samping kuburan Pak Jo.
Rajin Shalat Malam dan Berzikir
Malam merayap. Orang-orang terlelap di dalam tidur nyenyaknya. Tiba-tiba seorang lelaki tua terjaga dari tidurnya dan segera ke belakang untuk mengambil air wudhu. Setelah itu, ia kembali lagi dan sudah ada di atas sajadah. Dengan menghadap kiblat, ia pun mengangkat takbir. “Allahu Akbar!”
Itulah salah satu pemandangan di rumah Jo Pawiro di tengah malam. Ya, sebagai seorang tukang pijat, selain dikenal ramah dan santun, beliau juga rajin menunaikan shalat sunnah malam. Mungkin ia menyadari usianya sudah tidak muda lagi. Sewaktu-waktu Tuhan pasti akan menjemputnya. Karena itu, ia menghabiskan sisa hidupnya dengan banyak mendekatkan diri kepada Allah.
Namun, jelas, bukan karena itu saja. Sebab, banyak kisah mempertontonkan kepada kita bahwa usia tua tidak menjamin seseorang hidupnya lebih dekat dengan Allah. Hal yang terjadi pada Pak Jo tentu berbeda. Ia telah mendapatkan sinaran Ilahi, sehingga hatinya terbuka untuk selalu melakukan banyak kebaikan. Profesi tukang pijat dilakoninya dengan tulus dan ikhlas.
Selain itu, Pak Jo juga dikenal suka berzikir. Setiap hari ada saja bacaan-bacaan asmaul husna yang diamalkannya. Mungkin untuk menemani hari-harinya agar tidak sepi.
Hal itu terus ia lakukan menjelang sakitnya. Bahkan, saat sakit menggerogoti seluruh tubuhnya, mulutnya masih suka menzikir asma Allah. Tidak semua orang bisa melakukan semuanya ini. Yang ada, ketika sakit, kita malah mengingat-ingat peninggalan apa yang akan kita berikan kepada anak dan cucu kita.
Bagi Jo Pawiro, justru hal-hal akhirat yang diingatnya. Karena ini pula, kematian Pak Jo tidak merepotkan banyak orang. Ketika sakit pun, tak terlalu lama mengalaminya, sehingga sanak keluarganya tidak direpotkan, sebab ia terus meninggal dunia. Tidak heran, jika lima belas tahun kemudian, jenazahnya ditemukan dalam keadaan utuh.
Apa yang terjadi pada Jo Pawiro ini sedikit banyak memberikan iktibar pada kita bahwa Allah begitu mudah memperlihatkan keajaiban-keajaiban-Nya, lewat apa saja yang Ia kehendaki. Allah menunjukkan kepada kita betapa orang yang senantiasa qiyamulail itu sering mendapatkan keistimewaan tidak hanya semasa hidupnya, tapi juga setelah ia meninggal. Nah, dalam kasus Pak Jo, Allah menunjukkan jenazah orang yang saleh itu sungguh dimuliakan-Nya, yakni tidak hancur dan membusuk seperti lazimnya.
Selain itu, iktibar lainnya mengajarkan kepada kita untuk tidak menganggap sepele atau merendahkan pekerjaan apapun. Sebab, pada dasarnya, segala kualitas seseorang itu tidak dilihat dari kondisi lahiriahnya, tapi dari proses niat amalanya (spiritualnya). Bagi sedikit orang, profesi tukang pijat mungkin pekerjaan yang tidak terlalu pantas, namun justru di situlah Pak Jo menemukan kemuliaannya.
Secara tidak langsung, kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa calon penghuni surga juga merupakan haknya orang-orang miskin –tentunya, yang bertakwa kepada Allah. Semoga kita bisa terinspirasi dari kisah ini! Aamiin.
subhanallah...
BalasHapusupdate lagi ya...!!!